Breaking News

Laman

Saturday, 18 December 2021

MEMUJI FATHIMAH

Sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Ahlulbait terlihat enggan menyebarkan dan memposting tulisan tentang Fatimah Zahra dan Ahlulbait karena beragam alasan dan dalih. Pujian kepada Nabi termulia dan Ahlulbait, termasuk Fatimah Zahra tidaklah sama dengan pujian yang kita berikan kepada kekasih, guru, teman dan semacamnya yang pada dasarnya bertujuan menyenangkan pihak yang dipuji atau demi memberinya motivasi atau memancing pujian balik.

Nabi SAW dan manusia-manusia suci pelanjutnya tak memerlukan pujian karena alasan-alasan sebagai berikut :
  1. Telah mencapai batas maksimal kesempurnaan sehingga pujian umat tak menambah kesempurnaan mereka.
  2. Telah mencapai batas maksimal kepercayaan diri sehingga pujian umat tak mendongkrak percaya diri mereka.
  3. Telah mencapai batas masimal dalam ketulusan sehingga pujian bahkan cacian tak menambah dan tak mengurangi semangat mereka dalam melaksanakan tugas.
  4. Telah lebur dalam cinta kepada Allah sehingga pujian siapapun sehingga tak mengalihkan perhatian mereka dariNya.
Lalu mengapa kita memuji Nabi dan orang-orang suci dari Ahlulbaitnya?
Memuji biasanya merupakan kebutuhan naluriah manusia yang mengekspresikan sebagai cara membalas budi dan jasa seseorang demi meringankan beban. Memuji Nabi dan manusia-manusia suci adalah ekspresi syukur kepada Allah atas petunjuk yang diperoleh melalui bimbingan yang telah diberikan.

Tapi apakah Nabi menyuruh kita memujinya dan memuji Ahlulbaitnya?

*Nabi tak menyuruh umat memujinya dan keluarganya, namun menyuruh umat mematuhi dan meneladaninya.* _Pujaan tanpa cinta adalah dusta dan cinta tanpa patuh adalah palsu_.
Andai ditemukan hadis yang memuat anjuran memuji Nabi dan Ahlulbaitnya, maka Nabi dan Ahlulbait yang telah mencapai puncak kesempurnaan, sebagaimana disebutkan pada poin-poin di atas, ingin umat mencintainya dan Ahlulbaitnya karena mestinya pujian adalah cinta yang hanya bermakna kepatuhan.

Meski tidak dianjurkan, orang berbudi pekerti dan berakal budi sepantasnya memuji Nabi dan Ahlulbait sebagai buah cinta dan patuh. Kalau tak memuji secara verbal, kepatuhan dapat sebagai pujian aktual yang tentu lebih penting dari pujian verbal.

Bersalawat kepada Nabi dan keluarganya yang suci (Ahlulbait) adalah metode sakral menjalin koneksi di saluran khusus dengan koneksi. Kita dianjurkan bersalawat bukan demi memberikan doa kepada Nabi dan keluarganya karena berada dia dan Ahlulbait dalam hadirat eksistensi Allah tapi demi memberikan kesempatan untuk berkoneksi dengan Allah melalui Nabi dan mereka.

Jelaslah, memuji Nabi,Fathimah dan para manusia suci dengan mengenang dan mengungkap perilaku, ketakwaan, perjuangan dan pengorbanan lebih penting ketimbang memuji tampilan fisikal dan hal-hal yang bukan merupakan bagian esensial dari keagungan Nabi dan Ahlulbait.

Mengapa kita perlu mengagungkan Fatimah? Fatimah adalah sosok suci paling teraniaya karena tak dikenal oleh umat. Sejarah hidupnya yang penuh dengan perjuangan dan ketabahan serta keteladanan seolah disensor.
3 Komentar
Read more ...

Wednesday, 8 December 2021

NILAI HASIL SEMESTER

1. Nilai Semester Kelas XII Multimedia 1

Link Download : Nilai Teknik Animasi 2D 3D

2. Nilai Semester Kelas XII Multimedia 2

Link Download : Nilai Teknik Animasi 2D 3D

3. Nilai Semester Kelas X Teknik Komputer Jaringan 

Link Download : Nilai Dasar Desain Grafis

Read more ...

Wednesday, 18 August 2021

Tutorial : Cara Menentukan Orientasi Halaman Kerja di CorelDraw


Adapun cara menentukan orientasi halaman kerja di CorelDraw adalah sebagai beriku :

  1. Buka Aplikasi CorelDraw
  2. Klik kanan pada halaman yang sedang dibuka pada document navigator, kemudian pilih Switch Page Orieantation. Atau dapat dilakukan dengan cara memilih menu Layout kemudian pilih Switch Page Orientation.
  3. Pada Pilihan yang muncul, pilih Portrait agar orientasi halaman menjadi tegak vertikal, atau pilih Landscape untuk orientasi halaman horizontal,lalu klik OK 



Read more ...

Tutorial : Cara Mengganti Satuan Ukuran Lembar Kerja di Corel Draw


Secara default, Corel Draw menetapkan satuan ukuran (inch) pada alat ukur horizontal dan vertical rulers. Selain itu juga tersedia ukuran lain, seperti milimeters, picas, points, pixels, dan centimeter yang dapat diakses secara cepat melalui property bar. sebagai contohm berikut ini saya akan memulai praktik menggunakan ukuran lain, yaitu  centimeter.

1. Buka Software CorelDraw


2. Klik Layout kemudaian Klik Page Setup
3. Selanjutnya Klik Page Zise dan Klik Kotak Seperti Gambar di bawah ini :
4. Selanjutnya Klik OK.

Taraaaaa .... Ukurannya sudah berganti dari Inch ke Centimeter







Read more ...

Tuesday, 17 August 2021


Bulan Agustus adalah bulan yang keramat dan penting bagi bangsa Indonesia, sebab menjadi momentum berdirinya sebuah negara yang berdaulat dan mengatur dirinya sendiri, bukan di bawah penguasaan dan diktean bangsa lain. Begitu memasuki bulan Agustus, kita bisa tiba-tiba sentimental, tiba-tiba semua merasa nasionalis, dan begitu mencintai negara ini. Kita jadi ingin mendengarkan lagu-lagu nasional dengan penghayatan yang tidak biasa, tidak sebagaimana bulan-bulan yang lain.

Kisah kepahlawanan dan heroisme para pejuang di situasi genting ingin memproklamasikan kemerdekaan, seolah baru terdengar di telinga atau baru kita baca, padahal sudah berulang kali disampaikan, tapi ketika itu kita dapatkan di bulan Agustus, seolah itu terpampang nyata dan kita turut berada di barisan pemuda yang tegang bersama tokoh-tokoh revolusi.
Dulu, di masa Orba, Agustus menjadi bulan yang membuat kita kembali bernostalgia dengan masa-masa revolusi kemerdekaan dengan film-film perang yang ditayangkan. Efouria perayaan atas kemerdekan turut kita rasakan dengan kesemarakan lomba-lomba Agustusan yang diadakan sampai ke pelosok-pelosok kampung. Bendera merah putih ditambah dengan umbul-umbul memenuhi jalan-jalan dan menjadi ornamen yang dipasang di bangunan-bangunan. TV dan radio-radio selama Agustus gandrung memperdengarkan lagu-lagu nasional dengan aransemen musik yang lebih gempita. Kesemua itu, bukan hadir serta merta dan begitu saja, tapi memang direkayasa, agar bangsa ini, khususnya generasi muda, tahu dan mengenal sejarah. Bangsa ini didesain agar di bulan Agustus mendapat suntikan semangat agar nyala api revolusi kemerdekaan 17 Agustus tetap berkobar disanubari anak-anak bangsa.
Tujuannya apa? agar kira merawat ingatan, bahwa bangsa ini merdeka bukan dari hadiah dan pemberian. Negara ini dibentuk bukan serba tiba-tiba, tapi lahir dari perjuangan panjang para pahlawan. Betapa banyak darah yang tertumpah dan nyawa yang melayang demi tercapainya kemerdekaan. Itu semua harus diingat, agar generasi sekarang bisa terus punya tekad dan keinginan kuat untuk menjaga eksistensi negara ini. Kita bisa melihat betapa menderitanya rakyat yang menjadi pengungsi di negara lain, karena negara mereka terus-terusan dirundung konflik dan perang. Memiliki negara yang berdaulat dan aman, adalah anugerah besar yang harus disyukuri dan dijaga.
Dari sinilah, mengapa peringatan hari besar nasional itu penting. Kita memperingati hari kemerdekaan yang menandai berdirinya republik ini, hari sumpah pemuda, hari lahirnya Pancasila, hari kesaktian Pancasila, hari kebangkitan nasional dan lain-lain adalah agar bangsa ini disetiap generasinya tidak kehilangan pengetahuan akan sejarah perjalanan bangsanya. Kealpaan akan sejarahnya, akan membuat sebuah bangsa gampang diombang-ambingkan dan kehilangan identitas. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, pesan Bung Karno yang akan terus relevan disetiap masa.
Diluar itu, peristiwa-peristiwa tragis, juga tidak boleh dilupakan. Tiap tahun warga China peringati Tragedi Tiananmen 1989, warga AS peringati tragedi runtuhnya menara kembar WTC, Eropa tiap tahun peringati tragedi holocaust, Palestina peringati tragedi Nakba 1948, Indonesia peringati tragedi G 30 S dan masyarakat Sulawesi-Selatan peringati tragedi korban 40 ribu jiwa. Tragedi-tragedi itu diingat dan dikenang bukan untuk merawat dendam, atau mengajarkan ratapan dan menyesali nasib, melainkan mengingatkan kita untuk tidak lupa pada nyawa-nyawa yang menjadi korban pada tragedi-tragedi itu. Pada altruisme dan pengorbanan mereka. Untuk kita yang hidup bisa menghargai kehidupan ini. Untuk kita tahu alasan dan mengapa mereka menjadi korban. Untuk kita memahami betapa sejarah penuh dengan pergolakan antara kebenaran dengan kebatilan, pertarungan antara kelompok penindas dengan mustadafin, agar kita menjadi tahu kemana kita harus berpihak dan di garis mana kita harus berpijak.
Prinsip ini pulalah, mengapa tragedi Asyura penting untuk diperingati dan menghidupkan majelis-majelis yang mengenang kedukaannya. Majelis Asyura mengingatkan, disetiap hari akan bermunculan Yazid-Yazid baru, dan disetiap tempat akan berkuasa Yazid-Yazid baru, karena itu Majelis Asyura penting dihidupkan, disemarakkan dan diramaikan, yang darinya diharap bisa lahir Husain-Husain baru, yang tidak hanya berdiri tegak menentang kezaliman Yazid namun menjadi pioner keruntuhan otoritarianisme.
Bung Karno, pendiri negara ini, dari pengakuannya belajar banyak dari revolusi Al-Husain. Perlawanan dan penentangannya pada kerakusan dan kebengisan penjajah terinspirasi dari perjuangan Imam Husain dan pasukannya di Padang Karbala. Kalimat yang populer di kalangan pejuang, "Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup dijajah!" adalah semboyan yang diajarkan Imam Husain as.
Soekarno dalam bukunya, "Di Bawah Bendera Revolusi", menulis, "Husain adalah panji berkibar yang diusung oleh setiap orang yang menentang kesombongan di zamannya, di mana kekuasaan itu telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman."
Jadi, bisa dikatakan perjuangan Soekarno dalam melawan penindasan kolonialisme dan imperialisme, diilhami oleh perjuangan Imam Husain. Perjuangan Imam Husain dan Soekarno bersandar pada prinsip yang sama, keberanian melawan kezaliman. Peristiwa Karbala itu adalah madrasah bagi para pemberani. Imam Husain dan para pengikutnya adalah pemberani. Dan bangsa ini juga melahirkan banyak pemberani. Apa yang dilakukan Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Tan Malaka dan lain-lain dalam menentang kolonialisme dan imperialisme adalah keberanian. Keberanian itulah yang membuat Indonesia bisa merdeka.

Dirgahayu RI ke-76, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh!!!
Qom, 8 Muharram 1443 H
Ismail Amin Pasannai

Read more ...

Friday, 13 August 2021

Surat Cinta untuk Mas Nadiem Makarim


Apa kabar, Mas? Semoga bersama keluarga, dan keluarga besar Kemendikbud Ristek, senantiasa sehat wal afiat dan terus dikaruniai kekuatan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Tentu penuh dinamika, menjalankan ‘kapal besar’ Kemendikbud Ristek dalam terpaan gelombang pandemi covid-19 saat ini. Namun saya yakin, Mas Nadiem akan bisa melaluinya dengan baik.

Mas Nadiem yang terhormat, program Anda yang bernama 10 episode Merdeka Belajar adalah program yang brilian. Bukan basa-basi: komprehensif, dan fundamental. Terkait dengan itu, Mas Nadiem dan tim pasti sudah mempertimbangkan faktor keberagaman lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar jauh antara Sabang dan Merauke, yang menjadi sasarannya. Namun, tampaknya hal ini masih perlu dipastikan. Kesannya, program ini baru bisa menjangkau satuan pendidikan, organisasi, kampus, guru, kepala sekolah dan pemangku kepentingan lain yang kebetulan sudah memiliki kesiapan infrastruktur, Apalagi sebagian besar programnya masih akan dilakukan secara daring.
Mas Nadiem, tak perlu saya tegaskan bahwa dalam situasi pandemi saat ini, kita bersama memiliki kekhawatiran akan ancaman _learning loss_ , terutama untuk anak-anak kita di wilayah akar rumput, pedesaan, daerah 3T, anak-anak dari keluarga kurang mampu, maupun anak-anak di perkotaan yang bersekolah di satuan pendidikan yang tidak memiliki sumber dana dan sumber daya mencukupi—yang sesungguhnya merupakan sasaran terbesar program pendidikan di negeri kita.
Saya yakin, Mas Nadiem sudah memiliki terobosan untuk mengatasi _learning loss_ ini melalui beragam program yang sudah dijalankan. Mulai dari menyiapkan kebijakan yang terkoordinasi antar kementerian dan pemda, penyiapan kurikulum dalam kondisi khusus, penerbitan modul literasi dan numerasi, beragam panduan yang mendukung BDR (Belajar dari Rumah)/PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), dukungan paket data untuk peserta didik (yang belakangan tampaknya mulai seret), beragam kegiatan webinar pengembangan kapasitas Guru, bahan-bahan BDR dari TVRI (atau TV Edukasi), penyiapan _platform_ Rumah Belajar, kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri, program untuk sekolah di wilayah 3T, program Kampus Mengajar dan kegiatan berbagi praktik-praktik baik melalui portal yang disediakan oleh Kemendikbuk Ristek, dan sebagainya. Tapi, ada kekhawatiran, beragam program ini lebih bersifat ad-hoc yang belum bisa dipastikan efektivitasnya. Gaungnya— sebatas yang saya ketahui—tidak sekuat program Merdeka Belajar. Padahal menurut hemat saya, penguatan BDR/PJJ untuk mengantispasi _learning loss_ inilah yang paling mendesak dan tidak bisa ditawar. Ya, negara harus benar-benar hadir untuk mengawal masalah raksasa yang ada di depan mata kita ini. Saya membayangkan, Mas Nadiem sowan ke Pak Jokowi dan mohon kepada beliau untuk menjadikan penanganan _learning loss_ ini sebagai program strategis, yang barangkali harus ditangani oleh sebuah Satgas Nasional khusus. Saya juga membayangkan, akan sangat membantu jika Mas Nadiem, seperti Pak Doni Munardo sebelum ini, lebih sering tampil di depan publik untuk memaparkan program-program konkret Kemendikbud Ristek terkait pandemi sambil membangkitkan optimisme di kalangan masyarakat.

Mas Nadiem, secara khusus saya ingin menitipkan juga soal besar keberlangsungan PAUD. Saat ini, di masa pandemi, banyak PAUD yang kesulitan mendapatkan murid karena orang tua merasa tidak cukup mendesak untuk memasukkan putra-putrinya ke PAUD karena menganggap belajar _online_ tidak banyak bermanfaat. Apalagi kalau harus keluar uang untuk bayar SPP, dan sebagainya. Ini berpotensi memperburuk _learning loss_ , apalagi ini menyangkut pendidikan anak di usia emas. Dan yang paling berbahaya adalah jika keengganan mengirim anak belajar di PAUD ini terjadi di kalangan masyarakat tidak mampu. Konsekuensinya bisa besar. Karena justru anak-anak inilah yang lebih butuh stumus-stimulus untuk perkembangan di masa-masa usia emasnya. Saya membayangkan, Mas Nadiem menggagas program nasional ‘Kembali ke PAUD’ dengan melibatkan Bunda-bunda PAUD pada berbagai tingkatan. Hal lain, penting juga keberpihakan kita kepada putra-putri yang memiliki kebutuhan khusus yang juga terdampak luar biasa. Mereka terpukul dua kali, Mas: memiliki kebutuhan khusus yang, dalam situasi normal saja tak cukup terpenuhi akibat keterbatasan sarana pendidikan _special needs_ dan mahalnya biaya, lalu terperangkap dalam masa pandemi yang menjadikan segalanya lebih terkendala lagi. Mohon juga, bergandeng tangan dengan Mas Menteri Agama untuk mendiskusikan cara mengatasi permasalahan madrasah. Mayoritas madrasah, yang umumnya lembaga swasta dengan sumber daya terbatas, ini memerlukan dukungan Mas Menteri berdua untuk mengatasi keterbatasan dan kesulitan yang mereka derita. Apalagi sekolah-sekolah ini menampung bagian besar anak-anak dari kalangan kurang mampu, yang banyak di antaranya berada di pedesaan.
Akhirnya, di penghujung surat ini, izinkan saya menyampaikan beberapa harapan:

- *Lebih banyak turun gununglah, Mas.* Ya, kehadiran Mas Nadiem secara lebih sering di sebanyak mungkin ruang publik dan akar rumput - ke daerah, sekolah-sekolah, dan berbagai lembaga yang relevan di berbagai wilayah negeri kita - tentu dengan protokol kesehatan yang ketat - sangat diperlukan untuk menangkap aspirasi akar rumput secara lebih lemgkap, komprehensif, dan akurat. Langkah ini sekaligus bermanfaat untuk menenun jaringan dan menjalin sinergi dengan sebanyak mungkin warga dan kelompok masyarakat negeri ini.
- *Sowanlah, Mas.* Sempatkanlah sowan-sowan ke NU, Muhamadiyah, MUI, PGI, WGI, PHDI, Permabudhi, Matakin, NGO-NGO dan CSO-CSO yang bergerak di bidang pendidikan lainnya. Sebanyak-banyaknya. Saya cukup sering mendengar (mudah-mudahan ini tidak benar), bahwa organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok masyarakat, yang selama ini memiliki peran strategis ini, merasa kurang digandeng untuk urun rembug dan berpartisipasi dalam membangun sistem pendidikan kita.
- *Menyempurnakan gaya manajemen Kemendikbud* . Lebih 40 tahun rasanya, saya mengelola perusahaan yang saya dirikan dan miliki (Btw, saya juga lulusan Harvard, lho, Mas 😊). Seperti, Mas, saya memiliki tim konsultan/tim ahli yang saya pilih dari orang-orang terbaik yang bisa saya dapatkan. Selain itu, saya juga sangat percaya dengan kemampuan tim konsultan dan juga outsourcee serta mitra. Namun, Mas Nadiem tentu juga tahu, cara ini tak sepenuhnya cukup jika diterapkan pada ranah kebijakan publik. Selain raksasanya ukuran "pasar" dan wilayah serta keragaman luar biasa di dalamnya yang semuanya harus digarap, ada juga masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Belum lagi tantangan kompleksitas budaya dan kerumitan politik. Hemat saya, perlu kiranya memperkuat tim yang ada dengan melibatkan sebanyak mungkin keterwakilan pemangku kepentingan dan keragaman tersebut. Meski gaya manajemen perusahaan tentu tetap diperlukan, tidak mungkin rasanya kebijakan pendidikan nasional dari sebuah bangsa - yang sedang berkembang, dengan ribuan pulau, dan lebih dari 260 juta penduduk dan ciri-ciri sedemikian - dikawal oleh sekelompok kecil ahli dan tim konsultan saja. Seberapa pun hebatnya mereka. Saya kira Mas Nadiem perlu mengintegrasikan juga ke dalamnya para ahli dan pihak-pihak yang betul-betul memahami dan berpengalaman menjadi pelaku pemberdayaan pendidikan di akar rumput: di pedesaan dan di wilayah 3T. Sehingga, bukan saja apapun kebijakan yang akan diambiil dapat sesuai dan menjawab kebutuhan seluruh lapisan dan beragam kelompok masyarakat. Yang tak kalah penting, bahkan amat sangat penting, seluruh lapisan itu akan memiliki _sense of belonging_ yang kuat terhadap program-program Kemendikbud Ristek yang akan amat menentukan keberhasilannya.
Demikian Mas Nadiem, mohon maaf sekiranya ada ungkapan atau kalimat yang kurang berkenan. Surat ini sesungguhnya adalah wujud cinta saya kepada negeri ini dan seluruh warganya, juga harapan kepada cerahnya masa depan pendidikan Indonesia.
Tertanda,
Haidar Bagir*
*) Haidar Bagir sudah puluhan tahun berkecimpung di bidang pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi dengan mengembangkan 20-an sekolah di seluruh Indonesia, baik sekolah-sekolah di perkotaan maupun di pedesaan. Haidar Bagir juga adalah penulis lebih dari 20-an buku, antara lain _Memulihkan Sekolah, Memulihkan Manusia, Meluruskan Kembali Falsafah Pendidikan Kita._
Read more ...

Tuesday, 10 August 2021

APAKAH TUHAN BERAGAMA ?

Oleh: Ust. Helmi Hidayat

Suatu ketika saya pernah mengajukan pertanyaan kepada beberapa kawan saya, apakah Tuhan beragama?
Seorang kawan saya langsung menyahut, ya Allah beragama. Agama-Nya Islam, katanya. Seorang kawan lain terdiam, lama tak menyahut, tapi saya tahu dia sedang berpikir keras. Jika Tuhan beragama, apa agama yang Dia anut? Jika tak beragama, berarti Tuhan kafir padahal Allah sendiri tidak menyukai kekafiran. Jika benar Tuhan kafir, berarti Dia masuk neraka. Masa Tuhan masuk neraka?
Saya sangat mengenal cara berpikir kawan saya yang kontan menjawab Allah beragama dan agama-Nya Islam pula. Dia mewakili banyak teman saya sesama Muslim yang berpendapat hanya Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sajalah yang paling benar, agama lain salah.
Buat dia, di dunia ini orang memilih agama hanya karena faktor salah dan benar, tanpa membuka ruang lain; misalnya syariat agama ini ringan, syariat agama itu berat; agama ini rasional, agama itu irasional. Pilihan kan bukan hanya benar dan salah? Ada banyak opsi lain. Orang seperti ini biasanya gemar menggunakan kacamata kuda, malas melihat dunia dari sisi lain dengan mata Elang yang melihat bumi dari ketinggian.
Saya juga mengenal cara berpikir kawan kedua saya yang sangat antroposentris merenung tentang Allah. Berkutat dengan antroposentrisme seperti itu sangat mungkin dia gagal mengenal Zat Maha Suci. Misalnya bisakah dia menjawab: ‘’Masa Tuhan beragama? Agama ‘kan untuk umat manusia?’’
Akhirnya saya jelaskan bahwa sejak awal, Allah telah memperkenalkan Diri-Nya dengan banyak nama kepada umat manusia, antara lain al-Muhaimin, artinya Zat Yang Maha Mengatur. Itu berarti Allah adalah Sang Maha Manajer. Sebagai Manajer Teragung, mustahil Dia menghendaki, apalagi menyukai, ketidakteraturan.
Namun, ketika Allah menciptakan jagad raya yang sangat luas ini, risiko penghuninya tidak teratur sangat mungkin terjadi. Karena itulah benda-benda langit dan para penghuninya diminta menjalankan nilai-nilai yang penuh dengan ajaran keteraturan. Nilai-nilai itu disebut ‘’Islam’’, artinya berserah diri. Mereka diminta ‘’berislam’’ baik secara paksa atau suka rela. Al-Quran kemudian menegaskan planet-planet di jagad raya itu secara suka rela berislam – sebuah kata dalam bahasa Arab yang berarti berserah diri (QS ‘Ali Imran (3): 83).
Tapi, Allah ingin kehebatan Diri-Nya teruji, bukan hanya diakui secara robotik dan mekanistik. Kepatuhan malaikat bersifat robotik karena makhluk-makhluk itu tak punya potensi membangkang, sedang ketertundukan Matahari dan bermiliar planet lain adalah mekanistik. Maka, Dia ciptakanlah makhluk yang punya potensi membangkang, mampu merusak di muka Bumi dan menumpahkan darah. Mereka disebut manusia (QS Al-Baqarah (2): 30).
Tentu saja Allah menghendaki mereka juga teratur. Maka diturunkanlah nilai-nilai langit untuk menertibkan mereka, yang dengan nilai-nilai itulah seluruh jagad raya teratur. Nilai-nilai ini oleh Al-Quran disebut ‘’diin’’ Islam, keberserahdirian. Nilai-nilai yang sama itu ditransfer kepada sejumlah orang pilihan yang disebut nabi (pemberi kabar), di tempat dan zaman berbeda-beda.
Karena itu wajar jika semua nabi disebut oleh Al-Quran memeluk ‘’diin’’ Islam alias Muslim. Ratu Balqis berislam (berserah diri) bersama Nabi Sulaiman (QS an-Naml (27): 44). Nabi Ibrahim AS dan keturunannya bahkan dengan tegas disebut Muslimun oleh Allah. ‘’(Ikutilah) agama nenek moyang kalian Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kalian Muslimun (orang-orang Muslim) sejak dulu, ‘’ kata Allah dalam QS Al-Hajj (22): 78.
Karena Ibrahim seorang Muslim, ia pasti menurunkan agama Islam kepada semua keturunannya. Kedua anaknya, Ishak dan Ismail, pasti beragama Islam. Cucunya yang bernama Ya’kub, yang nanti menurunkan Bani Israel, juga beragama Islam. Demikianlah seterusnya para nabi keturunan Ibrahim beragama Islam. Makanya, oleh Al-Quran, Nabi Isa alias Nabi Yesus AS sebagai nabi terakhir dari kalangan Bani Israel beserta semua pengikutnya juga disebut Muslimun (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 52).
Dari sini bisa dipahami mengapa ketika berdakwah di Makkah, Rasulullah SAW hampir tak menyentuh ahlul kitab (Nashrani dan Yahudi), tapi lebih terfokus pada kaum pagan penyembah berhala. Para ahlul kitab di Makkah tak perlu disentuh sebab mereka sudah Muslim.
Inilah sebabnya Nabi SAW dengan ringan memerintahkan para sahabatnya dua kali hijrah ke Habasyah, padahal raja dan seluruh rakyat negeri itu beragama Nashrani. Kemungkinan para sahabat masuk agama Nashrani sangat besar, apalagi belum semua ajaran langit yang diturunkan kepada Nabi SAW selesai ditransfer.
Kemungkinan itu jadi kenyataan. Salah satu sahabat bernama Ubaidillah bin Jahsy masuk Kristen. Sampai akhir hayat dia tetap beragama Kristen dan tak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk menceraikan istrinya, Ummu Habibah, yang telah memeluk agama yang dibawa Rasulullah SAW.
Karena para nabi beragama Islam dan Nabi Muhammad SAW pun nantinya diperintahkan menyiarkan ‘’diin’’ yang sama, yakni Islam, tak berlebihan jika dikatakan semua agama sama sebab semua ajaran itu datang dari sumber yang sama. Artinya, semua nilai yang diturunkan pada para nabi itu sama mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan yang satu. Al-Quran dalam surat al-Ikhlas mengajarkan ‘’Allahu Ahad’’, sedangkan Bible dalam Markus 12:29 menyebut: ‘’Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.’’
Jika kedua kitab suci itu mengajarkan keesaan Allah yang sama, lalu di mana perbedaan agama-agama? Ini sekali lagi membuktikan bahwa nilai-nilai langit yang diterima Yesus, Muhammad, dan para nabi sebelum mereka adalah sama dalam bentuk ‘’diin’’, yakni Islam. Makanya Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 19:
اِÙ†َّ الدِّÙŠْÙ†َ عِÙ†ْدَ اللّٰÙ‡ِ الْاِ سْÙ„َا Ù…ُ ۗ
"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.’’
Berdasarkan ayat ini mudah dipahami mengapa paganisme di Makkah ditolak, politeisme yang menuhankan dewa-dewa juga ditolak. Semuanya tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diturunkan kepada Ibrahim AS, yang mengajarkan keesaan Allah SWT.
Namun demikian, jika benar kepada para nabi diturunkan satu ‘’diin’’ yang sama yakni Islam, lalu mengapa ada banyak agama di dunia ini dengan nama berbeda-beda? Jawabannya, ternyata Al-Quran menyebut agama dengan dua terma sekaligus, ‘’diin’’ dan ‘’millat’’.
Ketika nilai-nilai langit yang dikandung dalam ''diin'' diturunkan lalu dilaksanakan oleh umat manusia, mereka kemudian mendikte, mencatat, dan mengabadikannya dalam suhuf-suhuf, dalam kitab-kitab, lalu jadilah apa yang mereka catat itu sebagai ''millat''. Ini sesuai dengan makna ''millat'' itu sendiri yakni tulisan dan dikte (imla’), seperti ungkapan umum dalam bahasa Arab امللت الكتاب. Makna millat serupa ini terdapat dalam QS al-Baqarah (2) ayat 282 yang menjelaskan transaksi dagang dan aktivitas sosial lainnya harus dicatat dan ditulis.
Dalam konteks beragama, hasil catatan atau ‘’millat’’ itulah yang nantinya kita kenal sebagai kredo, tradisi, kebudayaan, tatanan sosial, yang semuanya tercatat dan diwariskan turun-temurun selama ribuan tahun. Setiap kaum merasa terikat, merasa nyaman, terhadap kebudayaan yang berbasis nilai-nilai langit ini dan pada gilirannya memiliki keberpihakan (primordialisme) yang kuat.
Setiap kaum, setiap bangsa, setiap umat, pasti merasa bangga dengan ‘’millat’’ mereka. Jika perlu, ‘’millat’’ mereka inilah yang berlaku dan menjadi hegemoni dunia. Karena itu, ketika menyatakan bahwa kaum Yahudi dan kaum Nashrani tidak akan ridho pada Muhammad sampai Nabi mengikuti mereka, Allah tidak menggunakan frasa ‘’diin’’, melainkan frasa ‘’millat’’ dalam firman-Nya pada QS Al Baqarah (2) ayat 120:
ÙˆَÙ„َÙ†ْ تَرْضٰÙ‰ عَÙ†ْÙƒَ الْÙŠَÙ‡ُÙˆْدُ ÙˆَÙ„َا النَّصٰرٰÙ‰ Ø­َتّٰÙ‰ تَتَّبِعَ Ù…ِÙ„َّتَÙ‡ُÙ…ْ ۗ
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti ‘’millat’’ mereka.’’
Dari sini bisa dipahami mengapa ‘’millat’’ membuat umat beragama jadi terkotak-kotak, masing-masing membuat garis demarkasi yang jelas untuk membedakan satu dengan lainnya.
Dari penjelasan itu saya mengajak kawan saya tadi untuk pandai-pandai meletakkan secara arif porsi ‘’diin’’ dan ‘’millat’’ dalam melihat perbedaan agama-agama di dunia. Jika ada yang memprovokasinya agar dia membenci agama tertentu atau penganut agama lain, saya ingatkan bahwa semua agama sama sebagai ‘’diin’’ tapi tampak berbeda-beda sebagai ‘’millat’’. Saya mengajaknya untuk tidak mencampuradukkan keduanya agar ia adil menyikapi perbedaan agama.
Kepada kawan saya tadi saya juga bertanya, apa rahasia setiap umat sangat mencintai ‘’millat’’ mereka dan cenderung berbangga-bangga? Saya jelaskan, ternyata untuk menggapai keindahan ‘’diin’’ dibutuhkan jalan. Dalam bahasa Arab, jalan ini disebut ‘’syariat’’, kata jadian dari kata syara’a yang bermakna jalan menuju sumber air. Agama tentu sumber air kehidupan, yang berpusat dari Maha Sumber. Agar manusia mencintai kandungan ‘’diin’’ yang tercatat dalam ‘’millat’’, Allah kemudian menyisipkan kenikmatan dan kebahagiaan di hati setiap orang yang menjalankan ‘’syariat’’ tadi (QS Al-Hujurat (49): 7).
Jika tak percaya, tanya saja seorang Yahudi yang menangis tersedu di depan Tembok Ratapan. Jika tak percaya, tanya saja seorang Muslim yang setiap bulan berangkat umrah, lalu menangis tersedu-sedu di depan Kabah. Itulah keindahan ‘’syariat’’ yang membuat setiap orang mencintai ‘’millat’’ masing-masing.
Sebagai ilustrasi, seorang kawan saya penganut Kristen Protestan mengaku dinding rumahnya menempel dengan dinding mushalla. Setiap waktu salat tiba, ia dan kelurganya mendengar suara azan dilantunkan seolah Toa menempel di kuping mereka. Anak-anaknya bahkan hafal al-Fatihah dan lapal azan sebab setiap hari mereka mendengar semua bacaan itu.
Apakah karena itu mereka jadi masuk Islam? Tidak. Mereka cinta ‘’millat’’ mereka, bahagia menjalankan ‘’syariat’’ yang tercatat dalam ‘’millat’’ mereka, dan karena itu tak menemukan alasan untuk menapaki jalan orang lain.
Kawan, jika Allah kita ibaratkan satu titik yang harus dituju, Zat Maha Suci itu memberikan banyak jalan kepada umat manusia untuk mencapainya. Di setiap jalan itu ada taman-taman indah tersendiri yang kepadanya orang yang melalui jalan itu jatuh cinta. Mereka merasa jalan itulah yang paling indah, paling baik, sebagian malah merasa paling benar. Di sinilah dimulainya persaingan antara pengikut agama-agama untuk membangga-banggakan jalan yang mereka lalui selama ini. Padahal, tujuan kita semua sama, untuk mencapai titik terindah bernama Alfa Omega -- Al-Awwalu wal-Akhiru.
Jika saja setiap orang sadar bahwa tujuan diturunkannya agama adalah untuk membuat semua manusia teratur, harmonis bersama alam, niscaya mereka akan selalu berpikir apa kontribusi yang bisa mereka berikan kepada kemanusiaan dan alam sebagai dampak mereka beragama. Jadi bukan malah membangga-banggakan ‘’millat’’ mereka sambil mengatakan ‘’millat’’ orang lain salah, padahal semua agama itu bermula dari Maha Sumber yang sama.
Selamat tahun baru 1443 Hijriah. Jangan berhenti pada festival pergantian tahun. Jadikan momentum pergantian tahun untuk berhijrah dari pikiran lama dalam beragama menuju pikiran baru yang lebih mencerahkan.
Jakarta, 10 Agustus 2021/1 Muharram 1443 H
Helmi Hidayat
Read more ...

Monday, 2 August 2021

CARA MENDOWNLOAD DAN INSTALASI CAMTASIA STUDIO 2018 - FULL VERSION

Pengertian Camtasia 

Apa itu Camtasia? Camtasia adalah Software untuk screen capturing, elearning authors, content creators, video editing dan membagikan video yang dibuat melalui satu aplikasi. alat perekam layar monitor ini tidak merekam seperti kamera yang biasa kita gunakan, software ini harus kita install di computer Anda sehingga bisa digunkan untuk merekam video digital dengan kualitas audio yang cukup baik (bergantung mikrofon yang Anda gunakan). Camtasia juga bisa disesuaikan saat Anda mulai merekam layar monitor Anda, mau merekam seluruh layar monitor saja atau atau hanya area tertentu yang mau direkam.

Siapa Yang Bisa Menggunakan Camtasia

Pada awal diciptakan Camtasia sebenarnya dirancang untuk mereka yang sering membuat video tutorial dengan fitur yang keren, tetapi belakangan Camtasia banyak digunakan untuk:

  • Software tutorial
  • Penjelasan dari sebuah proses yang ditampilkan dalam perangkat lunak.
  • Website Tour
  • Narrated PowerPoint presentations
  • Catatan kuliah, pekerjaan rumah atau materi lain
  • Pembuatan Video dan audio podcast production
System Requirements

Camtasia Studio tersedia untuk pengguna PC ,untuk bisa menggunakan Camtasia Anda harus memenuhi persyaratan berikut (lihat perincian atau tabel dibawah), Speaker, Mikrofon headset, Mikrofon khusus dan kurangi suara bising di ruang kerja Anda saat merekam video dan Audio, mikrofon bisa Anda beli di toko-toko dekat rumah Anda atau beli secara online.

Pengguna Windows

  • Microsoft Windows XP or Windows Vista
  • Microsoft DirectX 9 or later
  • GHz processor (3.0 GHz Strongly recommended for PowerPoint and camera recordings)
  • 500 MB RAM (2 GB recommended)
  • Windows-compatible sound card, microphone and speakers or headphones
  • 115 MB of hard-disk space for program installation
  • Camtasia Studio Add-in for PowerPoint requires Office 2000 or later
  • Apple iPod/iPod Touch/iPhone production formats require Apple QuickTime 7.2 or later
  • USB webcams are required for video recording
Cara Instalasi Camtasia 2018

2. Extrack File Camtasia terlebih dahulu

3. Klik 2x "Camtasia" , Proses Instalasi akan berjalan


4. Lalu Pilih Bahasa



5. Lalu centang dan Klik Instal



Tahapan Instalasi selesai, tapi masih trial. untuk menjadikan camtasia Full Version diperlukan Patch/Crack


6. Klik 2x "Patch" 
Lalu muncul Patch seperti di bawah ini :


Lalu Klik Gambar Harimau
7. Lalu Buka Aplikasi Camtasia dan akhirnya bisa Full Version


Selamat Mencoba 




Read more ...

Saturday, 31 July 2021

Tutorial : Cara Setting Access Point Tp Link TL-WA901ND

Oke, Sahabat Semua 

Cara Setting Access Point TP Link Type TL-WA901ND sangatlah mudah, Yuk simak di bawah ini : 

1. Pastikan Laptop atau PC Sahabat Konek ke Access Point. Jika belum maka Sahabat harus meng-Konek-kannya.


2. Setelah konek dengan Wifi Access Point, maka langkah selanjutnya adalah membuka browser dengan cara mengetik alamat default 192.168.0.254 atau alamat  tplinkap.net hingga tampilanya seperti berikut :


3. Setelah itu masukkan Usernama : admin dan Pasword : admin, lalu klik Login


4.  Lalu Pilih Quick Setup lalu klik next hingga tampilannya seperti ini di bawah ini :


5. Change the login account : Pilih “NO” saja lalu klik next.


6. Di Mode pilih yang Access Point lalu klik next


7. Nama SSID sesuai keinginan sahabat, jika ingin memberikan password pilih yang WPA-PSK/WPA2-PSK, lalu berikan passwordnya kombinasi huruf, angka. Katanya agar tidak mudah di "bobol".


8. Abaikan lalu pilih finish
8. Selesai dah, Selamat Mencoba Sahabat !





Read more ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Karbala Studio