Sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Ahlulbait terlihat enggan menyebarkan dan memposting tulisan tentang Fatimah Zahra dan Ahlulbait karena beragam alasan dan dalih. Pujian kepada Nabi termulia dan Ahlulbait, termasuk Fatimah Zahra tidaklah sama dengan pujian yang kita berikan kepada kekasih, guru, teman dan semacamnya yang pada dasarnya bertujuan menyenangkan pihak yang dipuji atau demi memberinya motivasi atau memancing pujian balik.
- Telah mencapai batas maksimal kesempurnaan sehingga pujian umat tak menambah kesempurnaan mereka.
- Telah mencapai batas maksimal kepercayaan diri sehingga pujian umat tak mendongkrak percaya diri mereka.
- Telah mencapai batas masimal dalam ketulusan sehingga pujian bahkan cacian tak menambah dan tak mengurangi semangat mereka dalam melaksanakan tugas.
- Telah lebur dalam cinta kepada Allah sehingga pujian siapapun sehingga tak mengalihkan perhatian mereka dariNya.
Memuji biasanya merupakan kebutuhan naluriah manusia yang mengekspresikan sebagai cara membalas budi dan jasa seseorang demi meringankan beban. Memuji Nabi dan manusia-manusia suci adalah ekspresi syukur kepada Allah atas petunjuk yang diperoleh melalui bimbingan yang telah diberikan.
Andai ditemukan hadis yang memuat anjuran memuji Nabi dan Ahlulbaitnya, maka Nabi dan Ahlulbait yang telah mencapai puncak kesempurnaan, sebagaimana disebutkan pada poin-poin di atas, ingin umat mencintainya dan Ahlulbaitnya karena mestinya pujian adalah cinta yang hanya bermakna kepatuhan.
Bersalawat kepada Nabi dan keluarganya yang suci (Ahlulbait) adalah metode sakral menjalin koneksi di saluran khusus dengan koneksi. Kita dianjurkan bersalawat bukan demi memberikan doa kepada Nabi dan keluarganya karena berada dia dan Ahlulbait dalam hadirat eksistensi Allah tapi demi memberikan kesempatan untuk berkoneksi dengan Allah melalui Nabi dan mereka.
No comments:
Post a Comment